Jumat, 03 Juli 2009

CINTA SEJATI

Mengapa cinta seringkali melahirkan cemburu, kecewa dan duka? Sesungguhnya, cinta sejati tidak akan pernah menelurkan cemburu, kecewa maupun duka ! Yang mengakibatkan penderitaan hanyalah cinta yang didorong nafsu. Cinta nafsu ini, seperti sudah menjadi sifat dan ulah nafsu, ingin memiliki, ingin disenangkan dan ingin mengikat. Karena itu tentu saja kalau orang yang ingin dimiliki dan diikat, orang yang mendatangkan kesenangan itu akan diambil orang lain, berarti kesenangannya hilang. Maka muncullah cemburu dan kebencian, lalu duka dan kesedihan. Cinta nafsu ini pada hakekatnya hanya mencinta dirinya sendiri bukan orang yang dicinta, yang mementingkan kesenangan diri pribadi. Cinta nafsu ini dapat menyelinap dalam cintanya seorang laki-laki atau perempuan terhadap kekasihnya sehingga sering terjadi sepasang kekasih yang tadinya bersumpah saling mencinta, setelah menjadi suami istri, timbul perpecahan dan kebencian sehingga mengakibatkan perceraian! Ini bukti cinta nafsu. Selama masih dapat menikmati kesenangan dari orang yang katanya cinta, makanya sikapnya mesra. Akan tetapi setelah orang yang katanya dicinta itu tidak lagi memberi kesenangan kepadanya, bahkan mendatangkan kesusahan, sikapnya berubah, dari cinta menjadi benci!

Lebih sering pula cinta nafsu seperti ini menyelinap ke dalam rasa cinta seseorang terhadap sahabatnya. Seribu kali sahabat itu mendatangkan kesenangan, maka dicintanya. Akan tetapi sekali saja mendatangkan kesusahan, cintanya melayang dan berubah menjadi benci dan seribu kali kebaikannya itu terlupakan!!, yang diingat hanya satu kali keburukannya itu saja!.

Biarpun kata orang cinta antara orang tua dan anak itu murni, namun tidak jarang dikotori pula oleh cinta nafsu model demikian. Selama anak penurut, maka dicinta orang tuanya. Kalau membangkang, apalagi durhaka, akan dibenci orang tuanya tersebut karena tidak mendatangkan kesenangan dan hanya mendatangkan kerugian lahir batin atau kesusahan. Demikian pula sebaliknya, kalau orang tua dianggap baik dan menguntungkan, maka si anak akan tetap mencinta dan berbakti. Akan tetapi tidak jarang terjadi, kalau orang tua menentang kehendak si anak dan dianggap merugikan atau menyusahkan, maka cinta dan kebaktian si anakpun berubah menjadi kemarahan, bahkan mungkin kebencian. Cinta kasih sejati, cinta murni tidak akan ada apabila orang mementingkan diri sendiri. Cinta sejati itu berarti MEMBERI, berarti pula BERANI BERKORBAN, berarti tidak adanya si-aku atau nafsu yang hendak menguasai. Cinta sejati bagaikan lilin yang memberi penerangan dengan rela mengorbankan dan menghabiskan diri sendiri. Cinta kasih sejati, terhadap siapapun juga, merupakan ibadah terhadap Tuhan Yang Maha Esa, selalu hidup dalam hati, tanpa pamrih untuk menguntungkan si-aku melainkan sebagai kewajiban manusia yang menyalurkan kasih Tuhan kepada manusia lain.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar